Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak dengan Bijak: Panduan Lengkap & Praktis
Pernah dengar istilah, “pendidikan adalah investasi terbaik”? Nah, kenyataannya memang begitu. Pendidikan yang baik membuka pintu masa depan anak yang lebih cerah. Tapi di balik itu, ada tantangan besar: biaya pendidikan anak yang terus naik setiap tahun.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi biaya pendidikan di Indonesia stabil di kisaran 0,65% per Agustus 2024. Angkanya terlihat kecil, tapi kalau ditotal selama bertahun-tahun, efeknya bisa besar sekali. Bayangkan saja: uang pangkal sekolah dasar yang dulunya Rp5 juta, sekarang bisa mencapai Rp10–15 juta di sekolah swasta tertentu. Dan untuk kuliah S1 di universitas ternama, biaya totalnya bisa tembus Rp60–100 juta.
Itulah kenapa menyiapkan dana pendidikan anak sejak dini jadi langkah wajib. Semakin cepat kamu mulai, semakin ringan beban finansialnya. Yuk, kita bahas langkah-langkah bijaknya.
1. Hitung Biaya Pendidikan dengan Proyeksi Jangka Panjang
Langkah pertama adalah tahu dulu “harga” pendidikan di masa depan. Jangan cuma berpatokan pada biaya saat ini. Karena adanya inflasi, biaya pendidikan anak kemungkinan akan naik 10–15 tahun ke depan.
Contoh ilustrasi:
- Biaya SD: saat ini sekitar Rp5-10 juta per tahun di sekolah swasta.
- Biaya SMP: rata-rata Rp12-20 juta per tahun.
- Biaya SMA: bisa mencapai Rp15-30 juta per tahun tergantung sekolah.
- Kuliah S1: di universitas negeri favorit bisa Rp30-80 juta untuk keseluruhan, di swasta bahkan lebih tinggi.
👉 Dengan simulasi sederhana: jika anakmu masih berusia 3 tahun dan kamu ingin ia kuliah di usia 18 tahun, berarti ada waktu 15 tahun. Jika target biaya kuliah Rp80 juta, maka kamu perlu menabung sekitar Rp450-500 ribu per bulan (asumsi return investasi 5% per tahun).
2. Prioritaskan Dana Darurat Sebelum Fokus ke Pendidikan
Sebelum menaruh uang di tabungan pendidikan anak, pastikan dulu kamu punya dana darurat. Kenapa? Karena tanpa dana darurat, kamu bisa terpaksa “membobol” tabungan pendidikan kalau ada kebutuhan mendadak, misalnya biaya rumah sakit.
Idealnya, dana darurat:
- 3-6 bulan pengeluaran untuk lajang.
- 6-12 bulan pengeluaran untuk keluarga.
Setelah dana darurat aman, barulah kamu bisa fokus membangun tabungan pendidikan anak dengan lebih tenang.
3. Pilih Instrumen Tepat untuk Tabungan Pendidikan Anak
Jangan cuma taruh uang di tabungan biasa. Karena bunga tabungan rata-rata hanya 0,5-1% per tahun, nilainya bisa kalah oleh inflasi. Berikut pilihan yang lebih bijak:
- Tabungan Pendidikan
Produk bank khusus untuk dana pendidikan anak. Cocok untuk jangka pendek (1-5 tahun). - Deposito
Memberi bunga lebih tinggi (4-6% per tahun), relatif aman, tapi likuiditas terbatas. - Reksa Dana Pasar Uang
Risikonya rendah, return rata-rata 4–6% per tahun. Cocok untuk target 3-5 tahun. - Reksa Dana Campuran/Obligasi
Bisa jadi pilihan untuk target jangka panjang (10–15 tahun) dengan return lebih tinggi.
👉 Tips: Gunakan kombinasi. Misalnya, 50% di reksa dana pasar uang (stabil), 30% di reksa dana obligasi (return lebih tinggi), 20% di tabungan pendidikan (aman & mudah diakses).
4. Disiplin dengan Budgeting & Cash Flow
Rencana akan percuma kalau tidak konsisten. Mulailah dengan budgeting sederhana:
- Alokasikan minimal 10-15% dari gaji bulanan untuk dana pendidikan anak.
- Pisahkan rekening khusus agar tidak tercampur dengan uang belanja harian.
- Gunakan auto-debit supaya tidak ada alasan lupa.
Kalau merasa gaji terasa pas-pasan, jangan khawatir. Kamu bisa mulai kecil, misalnya Rp200 ribu per bulan. Yang penting konsistensi. Karena nilai kecil yang disimpan rutin bisa tumbuh besar dalam 10-15 tahun.
5. Perhitungkan Faktor Inflasi Pendidikan
Inflasi pendidikan memang tidak bisa dihindari. Maka strategi bijak adalah pilih instrumen dengan return minimal setara atau lebih tinggi dari inflasi.
- Inflasi pendidikan di Indonesia: ±0,6-1% per tahun.
- Return reksa dana pasar uang: ±4-6% per tahun.
- Return obligasi ritel (ORI atau SBR): ±6-7% per tahun.
Dengan begitu, nilai dana pendidikan anak tetap “aman” walaupun harga sekolah naik.
Contoh Simulasi Nyata: Target Kuliah Anak Rp100 Juta
Misalnya kamu ingin menyiapkan dana pendidikan anak sebesar Rp100 juta dalam waktu 15 tahun.
- Kalau ditabung di rekening biasa (return 1%): kamu perlu Rp555 ribu per bulan.
- Kalau di reksa dana pasar uang (return 5%): cukup Rp405 ribu per bulan.
- Kalau di obligasi ritel (return 6,5%): cukup Rp370 ribu per bulan.
Bedanya bisa puluhan juta hanya karena pilih instrumen yang tepat.
Skorcard untuk Bantu Atur Keuangan
Selain tabungan dan investasi, pengelolaan cash flow juga penting. Disinilah kartu kredit Skorcard bisa jadi solusi. Dengan fitur reward seperti Skorpoint dan KrisFlier, kamu bisa mengalihkan poin jadi tabungan tambahan atau kebutuhan sekolah.
Misalnya, setiap kali belanja bulanan, kamu dapat Skorpoint. Daripada hilang begitu saja, poin ini bisa ditukar jadi potongan biaya sekolah, belanja buku, atau bahkan tiket perjalanan edukasi anak. Praktis, kan?
👉 Tapi ingat, gunakan kartu kredit dengan disiplin. Selalu bayar penuh sebelum jatuh tempo agar tidak terkena bunga KTA.
Mulai Kecil, Konsisten, dan Terukur
Menyiapkan dana pendidikan anak memang terlihat menantang, apalagi dengan biaya sekolah yang terus naik. Tapi kabar baiknya, kamu bisa mulai dari kecil, asal konsisten dan terukur. Jangan tunggu “nanti kalau gaji lebih besar,” karena semakin cepat mulai, semakin ringan perjalananmu.
Anak berhak atas masa depan terbaik, dan kamu bisa memulainya hari ini dengan langkah sederhana. Yuk, mulai siapkan dana pendidikan anak dari sekarang, biar kamu tenang dan anakmu punya masa depan yang lebih cerah.